Televisi terbukti menghilangkan suara kritis terhadap produk legislasi paling bermasalah kita.
Polarisasi politik dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.
Pernyataan sikap Remotivi atas pemberian medali kebebasan pers pada Presiden Joko Widodo pada Hari Pers Nasional, 9 Februari 2019.
Prabowo dan Jokowi begitu berbeda dalam banyak hal. Kecuali dalam keinginan mengeksploitasi media.
IndonesiaLeaks membawa temuan berharga dalam upaya pengentasan korupsi. Sayangnya, liputan media membuatnya jadi drama sinetron.
Jelang pemilu 2019, pemerintah kian rajin mencipta gelembung-gelembung persepsi semisal, “BBM satu harga di seluruh Indonesia”, “angka kemiskinan terendah sepanjang sejarah”, dan lainnya. Namun, seperti halnya gelembung, klaim-klaim ini besar tapi kosong.
Menyerang awak redaksi Radar Bogor, kader PDIP tidak memahami kata “demokrasi” dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Demi membuat percaya pembaca, situs-situs penyebar kebencian mengemas omong kosong seolah karya jurnalistik. Dengan cara apa mereka melakukannya?
Dilaporkannya Dandhy atas tuduhan ujaran kebencian menunjukkan ada yang salah dalam pemahaman kita mengenai ujaran kebencian itu sendiri.
Bagaimana televisi merekam pro-kontra soal RUU Pilkada di tengah konflik koalisi partai politik?