Konsentrasi penyiaran di tangan segelintir konglomerat media menciptakan pilihan semu: jumlah stasiun TV beragam, tapi isinya seragam!
Laporan SAFEnet menyebutkan dalam tiga tahun terakhir serangan digital terhadap wartawan terus meningkat. Inilah model baru ancaman terhadap wartawan. Siapkah wartawan menghadapi tantangan baru yang mengancam independensi pers dan keselamatan diri mereka?
Kesukaan orang menonton dan melakukan prank punya hubungan dengan dimensi psikologis dan sosial.
Pemecatan Direktur Utama TVRI Helmy Yahya cuma gejala dari masalah yang ada di TVRI. Namun, masalahnya sendiri jarang kita bicarakan. Sekaranglah saatnya.
Reuni 212 absen dari layar Metro TV. Sebagian publik menilai Metro TV tengah “bunuh diri” secara ekonomi. Benarkah mengabaikan Reuni 212 dapat merugikan Metro TV secara bisnis?
Dari abang-abang tahu bulat sampai panitia kurban, semua kena azab. Kapan giliran pemilik media yang menzolimi pekerjanya?
“Azab” menjadi narasi yang kerap muncul di media untuk menjelaskan tragedi, seperti dalam gempa Palu dan kecelakaan pesawat Lion Air. Kenapa ini terjadi?
Setelah gagap menghadapi berbagai aksi teror yang sempat melanda negeri, berbagai saluran media mulai berbenah menjadi lebih baik. Kecuali Tribunnews.com.
Bagaimana terbentuknya “kesadaran palsu” pekerja media sebagai profesional yang bukan buruh?
Sebuah berita yang saya banggakan karena berhasil menembus narasumber sulit dan menjadi laporan yang pertama ketika media lain belum menuliskan. Ternyata efeknya tidak saya duga. Saya merasa sangat bersalah telah memberitakannya.
Ketika serial televisi berpihak kepada para penyintas kekerasan seksual. Tanda terjadinya “kebangkitan sosial” dalam industri hiburan di Amerika Serikat.